Yogyakarta, Bencana lumpur Lapindo di
Sidoarjo Jawa Timur yang terjadi pada Mei 2006 telah mengakibatkan sekitar
limapuluh ribu orang mengungsi yang berasal
dari enam belas desa. Lumpur panas yang tiba tiba menyembur dari tanah
mengakibatkan rumah dan sekolah terendam. Mata pencaharian masyarakat baik
tambak dan tanah pertanian masyarakat setempat hancur.
Fuad Faizi, Dosen IAIN Syekh
Nurjati Cirebon, mempertahankan disertasinya dalam ujian terbuka promosi doktor, bahwa penelitian
disertasi ini mempertegas kepasrahan tagalistik kepada Tuhan dari
kelompok korban, dan orang orang yang tinggal di daerah rawan tidak hanya
mengarah pada respon pasif. “Dalam
konteks korban, kepasrahan kepada Tuhan adalah pilihan strategi coping agar
tetap kuat dan kuat dalam situasi ketidakberdayaan struktural,” papar Fuad dalam
Ujian Terbuka Promosi Doktor di Sekolah Pascasarjana UGM pada Selasa, 18
Oktober 2016.
Fuad menyampaikan “Kepasrahan itu adalah
faktor yang memperkuat kapasitas resilience
(ketahanan) korban dengan membuat meraka waras dan tidak stress dalam berurusan
dengan ketidakberdayaan mereka,” tambahnya.
Disampaikan pula bahwa meskipun kepasrahan
fatalistik tidak memecahkan masalah kerentanan meraka secara nyata, tapi
setidaknya itu dapat mencegah efek psikologi menuju fase lebih lanjut yang
lebih berat yang memperburuk situasi ketidak berdayaan mereka.
Situasi ini juga diperburuk dengan
tanggapan pemerintah yang tidak meyakinkan. Sebagian besar korban lumpur
Lapindo percaya bahwa bencana semburan lumpur ini disebabkan oleh kesalahan
manusia dalam proses pengeboran. Di sisi lain, perdebatan panjang antara
pemerintah, pakar dan perusahaan terjadi terjadi karena menentukan siapakah
yang salah dari bencana ini, apakah alamiah atau buatan manusia untuk selanjutnya
menentukan siapa yang harus bertanggung jawab. Fuad juga menilai, pemerintah
justru menjadi kontributor utama dalam kerentanan para korban.
Dalam Situasi tidak ada harapan
(duniawi), satu-satunya bantuan yang tersisa adalah dari Tuhan. Kepercayaan
pada Tuhan lebih menguatkan daripada melemahkan karena sikap religius mendukung
resilience korban. Fuad menegaskan
bahwa dalam situasi dimana pemerintah tidak memberikan tanggapan yang
diharapkan, kita bisa mengandalkan agama dengan pasrah kepada Allah.
Fuad
Faizi menempuh pendidikan Doktor di Program Studi Inter Religious Studies (IRS)
Sekolah Pascasarjana UGM. Dengan judul disertasi “The Dynamics of Relifious Perceprions and Responss on the “Lumpur
Lapindo” Disaster: Vulnerbaility, Resilience and Recovery” Fuad meraih doktor ke 3316 di UGM. Program Studi IRS ini merupakan konsorsium
dari tiga universitas, yaitu UGM, Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta dan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (SPs/arni)