Sekolah
Pascasarjana (SPs) UGM kembali menggelar acara Great Thinkers pada Kamis, 8 September 2016 di Ruang
Auditorium Gedung Lengkung SPs usai acara Orasi
Ilmiah yang digelar pagi
harinya. Great Thinkers sendiri sedianya
dilaksanakan secara rutin 2 bulan sekali
dengan membahas pemikiran pemikiran para tokoh baik dari dalam maupun
luar negeri.
Acara
yang dihadiri oleh sekitar 150 peserta ini bertajuk
“Sardono W Kusumo: Refleksi Sensibilitas Ketubuhan.” Sardono W Kusumo, seorang tokoh tari di Indonesia yang
sarat dengan prestasi di bidangnya. Sebagai pembahas Dr. F.X. Widaryanto,
S.S.T., M.A dan penanggap Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A, Ketua Program
Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa SPs UGM.
Dalam
Paparannya, Dr. F.X . Widaryanto, dosen Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung,
koreografer dan penata musik, menyampaikan bahwa sensibilitas tubuh Sardono dimulai
ketika masa kanak-kanak ketika gurunya mengajarkan puisi “Aku” karya Chairil
Anwar. Pengalaman primordialisme di keraton mempengaruhi sardono
dalam merefleksikan ketubuhannya dalam berkarya. Karyanya lebih
menitikberatkan pada proses penciptaan dari pada hasilnya dengan mendekatkan
alam sebagai karyanya.
Sementara
dalam paparan Dr. Lono menyampaikan bahwa Pak Widaryanto lebih membicarakan Mas Don
(Sardono W Kusumo) sebagai presentasi dari ketubuhan, bagaimana memperlakukan
tubuhnya.
Satu hal
lain adalah selain menubuh juga ada ruang, ada embodyment dan
emplacement, bahwa Mas Don merupakan seniman, koreografer yang secara serius
menanggapi perkara ruang.
“Dalam
seni pertunjukan, maka kita bisa membayangkan ruang-ruang yang
sudah ditata dan dirancang untuk pertunjukan, namun ada juga ruang-ruang yang
sudah tersedia namun tidak digunakan untuk hal tersebut, “kata Dr. Lono. Misalnya
lumpur, ruang-ruang ini disikapi bahwa ruang ini semata-mata bukan untuk
dikuasai, dirubah bentuknya sehingga hilang, namun sebaliknya Mas Don berdialog
dengan ruang.
Dia
membiarkan ruang itu berbicara kepada dirinya, kepada tubuhnya
bahkan partisipan yang lain. Konsepnya
bukan interfensionis tetapi menyesuaikan dan bekerja sama dengan ruang.
Dalam karyanya ruang itu diolah tanpa interfensi tetapi lebih
kepada pengisian dan kolaborasi ruang.(SPs.ana/arni)