Bidang maritim adalah salah satu program pembangunan Indonesia yang akhir-akhir ini menjadi fokus utama untuk diandalkan dalam rangka mengakselerasi kemajuan bangsa. Julukan Indonesia sebagai bangsa maritim dengan lautnya yang sangat luas tidak terbantahkan lagi. Hamparan 17.508 pulau dengan panjang pantai lebih dari 1/8 panjang keliling bumi, dan wilayah laut seluas 5,8 juta km2, serta cakupan ZEE seluas 2,7 km2 merupakan potensi yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Akan tetapi, julukan dan potensi-potensi tersebut ternyata masih menyimpan berbagai masalah, baik dari aspek konflik batas wilayah, pemberdayaan potensi yang ada di dalam laut itu sendiri, maupun yang terkait dengan berbagai dimensi masalah maritim (pengelolaan kawasan pesisir, energi gelombang laut, minyak lepas pantai, pencemaran laut, dan lain-lain).
Disinyalir pula bahwa, dari berbagai potensi maritim Indonesia, ternyata baru sekitar 10% yang mampu dirambah, dan inipun baru dalam tataran pengeksploitasian SDA laut, padahal masih banyak perspektif lain yang masih membutuhkan pikiran dan tangan-tangan terampil anak bangsa untuk mengantisipasinya. Dalam konteks ini, upaya mengeksplorasi dan mengeksploitasi, ataupun mengurai dan memecahkan berbagai problem yang menghadang maritim Indonesia tentu tidak bisa hanya dilimpahkan kepada pemerintah, akan tetapi masyarakat dan semua stakeholder mesti terlibat.
Berdasarkan kondisi obyektif di atas, maka Kelurga Alumni Sekolah Pascasarjana UGM (KAPASGAMA) dengan dukungan Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM dan berbagai pihak terkait, memiliki tanggung jawab moral dan intelektual untuk berkontribusi sepenuh hati dalam upaya mensinergikan berbagai potensi anak bangsa demi kesejahteraan dan kemajuan bangsa berbasis maritim. Untuk itu, seiring dengan agenda Acara Raker KAPASGAMA 2010, maka Panitia Pelaksana mengadakan pula Konferensi Nasional Kedaulatan Maritim Indonesia yang akan mengulas masalah-masalah maritim Indonesia pada berbagai perspektif dalam format kluster dengan tema-tema representatif yang terkait dengan permasalahan yang mengemuka tentang maritim Indonesia.
April
Sekolah Pascasarjana UGM mengharapkan kehadiran mhs program doctor UGM untuk menghadiri seminar bulanan Sekolah Pascasarjana UGM yang akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Rabu, 28 April 2010
Jam : 13:00 WIB
Tempat : Ruang Sidang A Lantai 5 SPS UGM.
Acara : Seminar hasil penelitian Ririt Yuniar: “Reproduksi Realitas Politik dalam Foto Jurnalistik; Kampanye Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia.”
Bedasarkan hasil penilaian tim review Hibah Penelitian Dosen Sekolah Pascasarjana UGM tahun 2010, yang beranggotakan:
- Ketua : Prof. Dr. Edhi Martono, M.Sc
- Anggota :
- Prof. Dr. Djoko Suryo
- Prof. Dr. Kasto
- Prof. Dr. Djalal Tanjung
- Prof. Dr. Warsito Utomo
- Prof. Dr. Irwan Abdullah
Dengan senang hati kami umumkan nama-nama pengusul proposal Hibah Penelitian Dosen Sekolah Pascasarjana yang telah lolos seleksi, yaitu:
Pendaftaran Calon Mahasiswa S2 dan S3 UGM Tahun Akademik2010/2011
Prosedur Admisi (Pendaftaran) Program S2 dan S3 silahkan klik http:/um4.ugm.ac.id/index.php/page/151
Sartono Kartodirdjo adalah maestro sejarah Indonesia. Sartono
Kartodirdjo adalah sejarawan kelas wahid di Indonesia, ungkap Ahmad Syafii Maarif
sejarawan muslim Indonesia. Bahkan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ketika
memberikan kenangan tulisan sepeninggalnya Aloysius Sartono Kartodirdjo 7 Desember
2007 suatu ketika menyebut Sartono Kartodirdjo sebagai “ayatollah sejarawan
Indonesia”, dan reaksinya atas sebutan ini datar saja, ungkap Syafii Maarif.
Sartono banyak memiliki gelar kehormatan tetapi tidak diperhatikan secara seksama,
bahkan terkesan abai saja, tidak seperti laiknya banyak orang yang tidak menyandang
banyak gelar. Banyaknya gelar tidak pernah menggodanya, namun ada nilai yang
dilakukannya yakni berkarya sampai wafat untuk kemanusiaan dan bangsa. Sartono
berlari dan terus berlari dengan segala macam rintangan, sekalipun dengan retina
yang agak parah sehingga menyulitkan untuk membacanya namun tetap tidak dihiraukan.
Sartono adalah sejarawan pekerja keras. Sartono banyak meninggalkan “jejak”
pada murid-muridnya seperti Teuku Ibrahim Alfian, P. Swantoro, Dharmono Hardjowinoto,
Soedarsono, Darsiti Soeratman, Taufik Abdullah, Kuntowijoyo, Djoko Surjo, Joko
Soekiman, Soehartono, Adaby Darban, Anhar Gonggong, dan yang paling muda adalah
Bambang Purwanto.
Selain meninggalkan “jejak” dari para muridnya, Sartono mengabdikan
dirinya dalam karya tulis yang sangat banyak, berkisar pemikiran sejarah Indonesia,
metodologi sejarah, falsafah sejarah dan tidak bisa dilupakan orang adalah karya
fenomenal dan monumental The Peasant Revolt of Banten in 1888: Its condition,
Course and Sequel : Case Study of Social Movement in Indonesia(1966) dan
Protest Movement in Rural Java : A Stuy of Agrarian Unrest in the Nineteenth
and Early Twentieth Century, 1972, serta banyak karya beliau yang menjadi
rujukan penulisan sejarah sosial dan pemberontakan-pemberontakan di Indonesia
abad 18-19 bahkan abad 20.
Sebagai seorang “guru” sartono Kartodirjo dikenal “guru kiler”
sekurang-kurangnya pengakuan beberapa muridnya, seperti Anhar Gonggong. Namun
Sartono kemudian diakuinya bukan “guru kiler” tetapi perfectionist,
apalagi dalam bidang studi yang diampunya. Tidak pernah main-main dan sembarangan
memberikan nilai. Nilai 7 merupakan nilai yang langka buat Sejarawan kita ini.
Sartono Kartodirdjo telah meninggalkan kita semua secara fisik, namun perlu
diteladani kegigihannya dalam bekerja sebagai guru, sebagai penulis dan tentu
saja sebagai kepala rumah tangga. Kita terasa sekali kehilangan maestro sejarah
yang tenang, bersahaja dan asketik.
PENDAHULUAN
Tesis atau disertasi merupakan karya tulis ilmiah hasil penelitian mandiri untuk memenuhi persyaratan memperoleh derajat S2 (Magister) atau S3 (Doktor) pada Program Pascasarjana di suatu perguruan tinggi dimana mahasiswa tersebut terdaftar.
Untuk penulisan tesis biasanya perguruan tinggi penyelenggara telah mengeluarkan Petunjuk Penulisan Tesis/disertasi. Namun demikian untuk menulis karya ilmiah
secara runtut, mudah dipahami pihak lain dan sesuai dengan tata aturan sebuah karya ilmiah tidak semudah seperti menyampaikan secara lisan. Banyak juga pengalaman dari mahasiswa Program Pascasarjana yang mampu menyelesaikan teori tepat waktu, dengan nilai yang bagus, namun pada saat menulis tesis/disertasi tersendat-sendat karena bingung apa yang akan ditulis. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan
akan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan penulisan tesis/disertasi tepat waktu.
CONFERENCE BACKGROUND SYNOPSIS
Contemporary Indonesia is going through a dynamic process of
development changes but not without its complexities and multi perspective problems
on its population self reflection. The democratic reforms have become a key
springboard for the Indonesian people to struggle for their autonomy, rights,
and freedom of expression. Because Indonesia is a multicultural society with
the tremendous diversity in term of ethnicities, religions, social classes,
political parties and gender orientation, this makes the situation a challenging
one that needs to be analyzed systematically. Despite such diversities, the
common practice of claiming for the sake of self and a particular group interest
has been a dominant discourse in everyday life practice. Nevertheless, the robust
role of media thus strengthens the struggle of different groups, who demands
for their recognition in their everyday works of life.
In this multicultural society, the question of identity has becoming a prominent
subject of discussion. Identity seen as an ongoing human development process
has challenged the definition of the mainstream view, which believes and defends
the influence of nature on self. People are also starting to argue for their
rights instead of their marginality. In particular, the people with different
identities are asking to be recognized as subject in social practice. By that,
the self narration is then utilized as an alternative in negotiating position
and power. These are the new challenges in the contemporary Indonesia for the
government, the practitioners, the academic community and the society at large
to debate and reconcile for the betterment of a multi-cultural understanding
in a pluralistic society.
This 2nd International Graduate Students Conference on Indonesia invites graduate
students who are doing research in this topic area or interested in Indonesia
to present their paper examining these issues from the perspective of contemporary
Indonesia. The presenters are encouraged to come from different disciplines
of knowledge.