Sistem pendaftaran online UM Pascasarjana akan dibuka mulai tanggal 27 Desember
2010 khusus untuk calon pendaftar BPPS dan tanggal 1 Maret 2010 untuk calon pendaftar
umum (jadwal lengkap UM Pascasarjana dapat dilihat di www.um.ugm.ac.id)
Direktorat Administrasi Akademik (DAA) akan memfasilitasi pelaksanaan tes PAPS
(TPA) dan TOEFL-Like pada tanggal 28 Desember 2010 bagi calon mahasiswa peserta
UM Pascasarjana Gelombang I-IV yang belum lolos salah satu prasyarat.
Sedangkan bagi mahasiswa yang belum memenuhi persyaratan PAPS (TPA) dan TOEFL-Like,
DAA akan memfasilitasi pelaksanaan tes tersebut di Direktorat Administrasi Akademik,
Jl. Pancasila, Bulaksumur, setiap hari Rabu Minggu II dan IV setiap bulannya mulai
12 Januari 2011.
2010
TERSEDIA BEA SISWA dari PUSBINDIKLATREN-BAPPENAS
Program Master (Double Degree) M.Sc – 18 Bulan
(termasuk 3 bulan studi di ITC Belanda)
Program Diklat Beasiswa Pusbindiklatren
Pendidikan Gelar S2 Double Degree
Diklat Gelar S2 Double Degree merupakan salah satu program diklat
gelar yang telah dilaksanakan oleh Pusbindiklatren sejak tahun 2003. Diklat
S2 double degree diselenggarakan dengan skema: tahun pertama perkuliahan
di universitas dalam negeri dan tahun kedua di universitas luar negeri, serta
memperoleh 2 gelar. Untuk mengatur penyelenggaraan perkuliahannya, kedua universitas
tersebut perlu menyusun dan menandatangani dokumen kerjasama.
BACKGROUND
Tourism is an activity that can help to achieve a high level of economic and
social development as demonstrated by examples of many countries. It would promise
the way to develop the export of tourism services and services based on technology
transfer. It must be acommpanied by greater equitable distribution of revenues
generated by international tourism flows, otherwise, the benefits may bring
detrimental consequences for people and their environment.
Indonesia as the developing country has assets to develop their tourism. The
quest of technology transfer is also become a major challenge for Indonesia.
The spread of information, discussion and learning from best practice would
be the potential ways to distribute the knowledge and idea to develop technology
transfer in tourism and hospitality industry. It is, therefore, Gadjah Mada
University under Graduate School and Center for Tourism Studies (CTS) will conduct
the International seminar for “TRANSFER OF TECHNOLOGY IN THE TOURISM and
HOSPITALITY INDUSTRY”.
CONFERENCE BACKGROUND SYNOPSIS
Contemporary Indonesia is going through a dynamic process of development changes
but not without its complexities and multi perspective problems on its population
self reflection. The democratic reforms have become a key springboard for the
Indonesian people to struggle for their autonomy, rights, and freedom of expression.
Because Indonesia is a multicultural society with the tremendous diversity in
term of ethnicities, religions, social classes, political parties and gender
orientation, this makes the situation a challenging one that needs to be analyzed
systematically. Despite such diversities, the common practice of claiming for
the sake of self and a particular group interest has been a dominant discourse
in everyday life practice. Nevertheless, the robust role of media thus strengthens
the struggle of different groups, who demands for their recognition in their
everyday works of life.
In this multicultural society, the question of identity has becoming a prominent
subject of discussion. Identity seen as an ongoing human development process
has challenged the definition of the mainstream view, which believes and defends
the influence of nature on self. People are also starting to argue for their
rights instead of their marginality. In particular, the people with different
identities are asking to be recognized as subject in social practice. By that,
the self narration is then utilized as an alternative in negotiating position
and power. These are the new challenges in the contemporary Indonesia for the
government, the practitioners, the academic community and the society at large
to debate and reconcile for the betterment of a multi-cultural understanding
in a pluralistic society.
This 2nd International Graduate Students Conference on Indonesia invites graduate
students who are doing research in this topic area or interested in Indonesia
to present their paper examining these issues from the perspective of contemporary
Indonesia. The presenters are encouraged to come from different disciplines
of knowledge.
Sekolah Pascasarjana UGM bekerjasama dengan La Trobe University, Australia
menghadirkan:
Prof. Harry Aveling, PhD DCA
(Professor in Translation Studies)
Periode: 4 Oktober- 5 November 2010
Agenda 1
A Course on INTRODUCTION TO TRANSLATION STUDIES
The course will provide a systematic introduction to the major theoretical concerns
of the emerging discipline of Translation Studies.
This is not a course in translation techniques but will provide an opportunity
to develop new perspectives on the wider dimensions of translation practice.
INVITATION
(Free of charge)
The Graduate Institute of International and Development Studies (GIIDS) Geneva
Presentation on:
1. Master and Ph.D Programs
2. Scholarship
3. Workshops for the Doctoral student from the Global South
4. Fellowship for Researchers from the Gobal South
Wednesday, 6th October 2010
Time: 13.00 pm
Venue: Seminar Room, floor. 5th, Sekolah Pascasarjana UGM
The Graduate Institute of International and Development Studies, Geneva, provides
independent and rigorous analysis of global contemporary issues to public and
private international actors. The Graduate Institute is an internationally recognized
institution for higher academic learning and research, with its roots tracing
back to 1927 as one of the first institutes to offer international studies in
Europe. The Graduate Institute offers Master and Ph.D programs in the field
of international relations (economics, history, political science and law) and
development studies as well as a substantial amount of scholarships (200 for
a total student body of 800).
The Graduate Institute is furthermore part of the APSIA Network, which regroups
the world’s most renowned schools of international affairs and is regularly
quoted amongst Europe’s top three institutions specializing in international
affairs. It counts amongst its alumni former UN secretary general Kofi Annan,
Hans-Gert Pöttering (President of the European Parliament), Hernando de
Soto (President of Peru’s Institute for Liberty and Democracy), as well as the
current foreign ministers of Switzerland, Micheline Calmy- Rey, and Mexico,
Patricia Espinosa. The students of the Graduate Institute acquire high level
knowledge and skills preparing them to take up leading positions in the fields
of international affairs and development. As a hub of multilateral diplomacy,
Geneva provides our students with job and internship opportunities in the many
IOs and NGOs that are neighbouring the Institute, such as the WTO, UNHCR, WIPO,
ILO, IRCC, Amnesty International, UN Geneva Headquarters and many more.
Seksualitas dan manusia adalah hal yang nyaris tidak dapat dipisahkan, walaupun
dapat dikendalikan. Wacana seksualitas kadang menyimpang dan dianggap membahayakan,
namun tetap penting untuk dibahas. Ada larangan terhadap pembahasan seks ketika
masih belum dewasa, tetapi belakangan pengenalan dini atas seksualitas perlu
dilakukan dalam pendidikan, demikian para pendidik berbasis keadilan gender
dan sensitif seksualitas menganjurkan.
Namun begitu pembicaraan seks seringkali diwarnai dengan pelipatgandaan penggambaran
yang berbau hasrat birahi, tetapi pada kesempatan lain pembicaraannya tampak
terkungkung dan defensif. Seks adalah masalah tabu dan nggak baik untuk dibahas
secara publik. Lantas bagaimana kita mengenal perkembangan seks jika tidak dibahas
sebagai sebuah disiplin keilmuan, jika semuanya dianggap tabu dan tidak usah
dibahas dalam perdebatan publik menjadi persoalan. Beruntung sekarang pembicaraan
tentang seks sudah terbiasa dilakukan oleh para ilmuwan (akademisi) di universitas
dan para peneliti sehingga seks tidak lagi tabu dan defensif untuk dibahas bahkan
dikonsumsi.
Dalam kaitan ilmu pengetahuan psikologi dan kedokteran seks adalah sesuatu yang
lazim dibahas karena berhubungan sekali dengan manusia yang memiliki hasrat
seksualitas dan birahi. Memahami perkembangan hasrat seksual menjadi penting
sehingga dapat dipahami kapan seseorang sedang birahi dan kapan seseorang sedang
drop birahinya.
Dalam konteks seksualitas dan birahi, saat Puasa adalah hal yang dianggap riskan
karena puasa agar menjaga nasfu birahi seksual termasuk dengan pasangan hidupnya,
suami atau istrinya. Pertanyaannya, siapakah diantara pasangan suami dan istri
yang hasrat seksualitasnya meningkat dan apa penyebabnya dalam tinjauan psikologi
perkembangan dan sekaligus dalam perkembangan kehidupan manusia normal. Seberapa
jauhkah hasrat seksual itu meningkat pada saat puasa dan seberapa menurunkan
saat ramadhan bisa dijadikan kajian yang menarik dalam diskusi publik sehingga
seseorang dapat memahami saat puasa seseorang naik hasrat seksualnya atau menurun
hasrat seksualnya. Apa penyebabnya dan apa pengaruhnya secara kemanusiaan dan
psikologis.
Rabu, 13 Oktober 2010
Ruang Seminar Lantai 5 Sekolah Pascasarjana UGM
Kerjasama antara :
UGM-BNPB-KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN-LSM KEMITRAAN
Didukung Oleh :
UNITED NATIONS – INTERNATIONAL STRATEGY FOR DISASTER REDUCTION (ISDR)
Wilayah Indonesia sebagai Negara Kepulauan (Archipelago) mencakup pulau-pulau
besar Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua serta ribuan pulau-pulau
kecil dengan wilayah pesisir yang sangat luas dengan garis pantai sepanjang
81.000 km, dihuni penduduk yang sangat padat dan memiliki kerentanan terhadap
berbagai jenis bencana alam, bencana akibat ulah manusia, kegagalan teknologi
serta bencana akibat kesalahan kebijakan dalam pengelolaan sumberaya alam dan
lingkungan hidup. Potensi bencana ini semakin meningkat sebagai akibat pemanasan
global dan terjadinya perubahan iklim yang makin nyata dan akan selalu mengancam
wilayah –wilayah kota besar dan wilayah pesisir antara lain berupa kenaikan
permukaan air laut, banjir, abrasi, erosi pantai, penurunan permukaan tanah,
dan intrusi air laut. Di tempat lain juga berpotensi terjadinya tanah longsor,
gempabumi, tsunami, kebakaran hutan, letusan gunungapi yang akan menambah meningkatnya
jumlah korban, kerugian ekonomi dan investasi pembangunan, kerusakan sumberdaya
termasuk keanekaragaman hayati, konflik antar daerah, gangguan sosial, budaya
dan politik serta ketahanan wilayah.
CONFERENCE BACKGROUND SYNOPSIS
Contemporary Indonesia is going through a dynamic process of development changes
but not without its complexities and multi perspective problems on its population
self reflection. The democratic reforms have become a key springboard for the
Indonesian people to struggle for their autonomy, rights, and freedom of expression.
Because Indonesia is a multicultural society with the tremendous diversity in
term of ethnicities, religions, social classes, political parties and gender
orientation, this makes the situation a challenging one that needs to be analyzed
systematically. Despite such diversities, the common practice of claiming for
the sake of self and a particular group interest has been a dominant discourse
in everyday life practice. Nevertheless, the robust role of media thus strengthens
the struggle of different groups, who demands for their recognition in their
everyday works of life.
In this multicultural society, the question of identity has becoming a prominent
subject of discussion. Identity seen as an ongoing human development process
has challenged the definition of the mainstream view, which believes and defends
the influence of nature on self. People are also starting to argue for their
rights instead of their marginality. In particular, the people with different
identities are asking to be recognized as subject in social practice. By that,
the self narration is then utilized as an alternative in negotiating position
and power. These are the new challenges in the contemporary Indonesia for the
government, the practitioners, the academic community and the society at large
to debate and reconcile for the betterment of a multi-cultural understanding
in a pluralistic society.
This 2nd International Graduate Students Conference on Indonesia invites graduate
students who are doing research in this topic area or interested in Indonesia
to present their paper examining these issues from the perspective of contemporary
Indonesia. The presenters are encouraged to come from different disciplines
of knowledge.
Peradaban manusia akan selalu ditandai dengan pelbagai peristiwa. Termasuk peristiwa
kemanusiaan. Adagium kuna menyatakan setiap seratus tahun akan terjadi titik
balik peradaban. persoalannya adalah apakah akan mengarah pada kebaikan atukah
pada kesengsaraan atau kejelekan. Inilah yang masih harus diperdebatkan
Soal banyaknya permisivisme dalam kehidupan sehingga membuat miris kaum beriman
dan penganut aliran humanisme. Permisivisme budaya yang menggejala dalam lima
tahun terakhir menyebabkan terjadinya banyak perubahan dalam kehidupan umat
manusia.
Maraknya vulgarisasi (vulgarisme) dalam politik, etika yang ditinggalkan dalam
dunia akademik (ilmu pengetahuan) munculnya plagiarisme dalam dunia pendidikan
tinggi adalah bentuk-bentuk titik balik peradaban umat manusia yang luhur. Kaum
perempuan juga sering menjadi “korban” vulgarisasi peradaban yang
tengah marak di Indoensia. APakah perempuan dapat melakukan perlawanan yang
tidka menyebabkan resistensi di kalangan kaum Adam. Ini juga sebuah persoalan
etrsendiri. Bahkan sebagian kaum perempuan tampak menikmati atas vulgarisasi
peradaban yang terjadi di Indonesia.
Jalan ketiga kemanusiaan adalah menawarkan peradaban baru. sayangnya belum jelas
apa tawaran dari jalan baru peradaban tersebut. apakah peradaban manusian sesama
pemangsa manusia (manusia sebagai homo homini lupus) dan sekalgus sebagai leviathan
ataukah yang lain, kemanusiaan menjadi basis dalam kehidupan umat.
Pertanyaan-pertanyaan, dimana sebenarnya letak kesalahan umat manusia yang mengemban
peradaban luhur agar sesama manusia bisa hidup saling berdampingan, saling membantu
dalam kesulitan dan seterusnya. tetapi, mengapa sesama umat manusia senantiasa
terjadi pertikaian dan perkelahian bahkan saling membunuh? Apa yang harusnya
dilakukan umat manusia jika kita memang berhaap terjadinya perjalanan peradaban
yang lebih humanis.
Humanisme tidak ada terjadi ketika tidak ada “cinta”. Cinta kepada
alam, cinta kepada lingkungan sekitar dan cinta akan sesama manusia? Mungkinkah
dalam dunia serba canggih, elktronik, mekanik dan serba instan ini diciptakan
peradaban yang penuh dengan kemanusiaan dan cinta? dimanakan peran-peran perguruan
tinggi sebagai tempat bersemaianya bibit peradaban yang luhur dapat ambil bagian
jika dalam dunia perguruan tingi juga terjadi saling cakar mencakar antar akademisi,
karena perebutan kekuasaan di dalam kampus, misalnya dan juga terjadi penipuan
dalam bentuk akadmeik?
inilah pentingnya mendiskusikan “titik balik peradaban” yang dulu
pernah diintrodusir oleh Fritjof Capra seorang fisikawan yang mempelajari kearifan-kearifan
luar biasa dan membaca fenomena alam karena ulah tangan-tangan jahil manusia
di muka bumi.