Peradaban manusia akan selalu ditandai dengan pelbagai peristiwa. Termasuk peristiwa
kemanusiaan. Adagium kuna menyatakan setiap seratus tahun akan terjadi titik
balik peradaban. persoalannya adalah apakah akan mengarah pada kebaikan atukah
pada kesengsaraan atau kejelekan. Inilah yang masih harus diperdebatkan
Soal banyaknya permisivisme dalam kehidupan sehingga membuat miris kaum beriman
dan penganut aliran humanisme. Permisivisme budaya yang menggejala dalam lima
tahun terakhir menyebabkan terjadinya banyak perubahan dalam kehidupan umat
manusia.
Maraknya vulgarisasi (vulgarisme) dalam politik, etika yang ditinggalkan dalam
dunia akademik (ilmu pengetahuan) munculnya plagiarisme dalam dunia pendidikan
tinggi adalah bentuk-bentuk titik balik peradaban umat manusia yang luhur. Kaum
perempuan juga sering menjadi “korban” vulgarisasi peradaban yang
tengah marak di Indoensia. APakah perempuan dapat melakukan perlawanan yang
tidka menyebabkan resistensi di kalangan kaum Adam. Ini juga sebuah persoalan
etrsendiri. Bahkan sebagian kaum perempuan tampak menikmati atas vulgarisasi
peradaban yang terjadi di Indonesia.
Jalan ketiga kemanusiaan adalah menawarkan peradaban baru. sayangnya belum jelas
apa tawaran dari jalan baru peradaban tersebut. apakah peradaban manusian sesama
pemangsa manusia (manusia sebagai homo homini lupus) dan sekalgus sebagai leviathan
ataukah yang lain, kemanusiaan menjadi basis dalam kehidupan umat.
Pertanyaan-pertanyaan, dimana sebenarnya letak kesalahan umat manusia yang mengemban
peradaban luhur agar sesama manusia bisa hidup saling berdampingan, saling membantu
dalam kesulitan dan seterusnya. tetapi, mengapa sesama umat manusia senantiasa
terjadi pertikaian dan perkelahian bahkan saling membunuh? Apa yang harusnya
dilakukan umat manusia jika kita memang berhaap terjadinya perjalanan peradaban
yang lebih humanis.
Humanisme tidak ada terjadi ketika tidak ada “cinta”. Cinta kepada
alam, cinta kepada lingkungan sekitar dan cinta akan sesama manusia? Mungkinkah
dalam dunia serba canggih, elktronik, mekanik dan serba instan ini diciptakan
peradaban yang penuh dengan kemanusiaan dan cinta? dimanakan peran-peran perguruan
tinggi sebagai tempat bersemaianya bibit peradaban yang luhur dapat ambil bagian
jika dalam dunia perguruan tingi juga terjadi saling cakar mencakar antar akademisi,
karena perebutan kekuasaan di dalam kampus, misalnya dan juga terjadi penipuan
dalam bentuk akadmeik?
inilah pentingnya mendiskusikan “titik balik peradaban” yang dulu
pernah diintrodusir oleh Fritjof Capra seorang fisikawan yang mempelajari kearifan-kearifan
luar biasa dan membaca fenomena alam karena ulah tangan-tangan jahil manusia
di muka bumi.
Narasumber : Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Prof. Dr.Faruk, HT (FIB UGM)
Waktu : Kamis 22 Juli 2010
Tempat : Ruang Seminar Lt 5 Sekolah Pascasarjana UGM
Peserta
Dosen, jurnalis, Mahasiswa S 3, S 2 dan S 1 serta para peminat studi peradaban
dan kemanusiaan di lingkungan Yogyakarta