Jogja, SPs (28/2)”Perpustakaan menjadi
posisi strategis dalam institusi pendidikan tinggi karena menjadi tempat
berkumpulnya sivitas akademika dan tenaga kependidikan,” ungkap Luki Wijayanti dalam acara Ujian Terbuka
Promosi Doktor Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Pada acara yang
diselenggarakan di Auditorium Gedung Sekolah Pascasarjana Lintas Disiplin UGM
ini, Luki menjadi lulusan doktor ke 3889 yang lahir dari UGM pada
Program Studi Kajian Budaya dan Media.
Pada acara yang dipimpin oleh Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset dan SDMÂ Sekolah
Pascasarjana UGM, Dr. tech. Khabib Mustofa,S.Si., M.Kom, Luki memaparkan
disertasinya yang berjudul Perpustakaan Sebagai Arena Kontestasi Kepentingan: Studi
Kasus Pengelolaan American Corner Di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. “Perpustakaan juga melakukan kerjasama dengan berbagai
lembaga asing dan swasta dengan membuka gerai yang lazim disebut Corner,” tutur Luki.
Corner di perpustakaan menjadi representasi penyumbang
di perguruan tinggi. Perpustakaan menjadi arena kontestasi para dermawan yang
ingin menyumbangkan produk budaya dalam wujud koleksi perpustakaan seperti
buku, film, dan bahan multimedia lainnya. “American
Corners (Amcor) adalah salah
satunya. Amcor menjadi alat untuk
menjangkau kaum muda untuk memberikan informasi mengenai nilai dan visi
Amerika,” terang Luki.
Luki juga menjelaskan bahwa Amcor ditempatkan di berbagai universitas di berbagai universitas
di berbagai negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Melalui Amcor, pemerintah Amerika Serikat
berharap mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat sebagai “leader in freedom of information, education
excellence, and democratic values“. Atas dasar tersebut, melalui
disertasinya, Luki mengungkap bagaimana perpustakaan menjadi sebuah arena
kontestasi berbagai kepentingan melalui pendirian dan tata kelola Amcor di Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah (UIN Syahid) Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(UMY).
Internasionalisasi dan World Class University yang dicanangkan oleh Direktorat Jendral
Tinggi menjadi Ideological Apparatus
di Indonesia yang mempuat perguruan tinggi Indonesia berburu kerjasama dengan
lembaga asing dan pemerintah luar negeri. “Hal ini yang dimanfaatkan oleh
pemerintah Amerika Serikat untuk membina hubungan yang baik dengan pemuda
Muslim dan membangun ruang publik, seperti Amcor,
sebagai penjualan produk budayanya,” tutur Luki.
Paradigma tersebut seperti paradigma bisnis yang
memandang bahwa perpustakaan dikelola seperti badan usaha komersial pada
umumnya dimana semakin banyak pengguna yang mengunjungi perpustakaan, makin
mudah mendatangkan donor bagi keperluan operasionalnya. “Pada praktiknya, Amcor menjadi tempat untuk menjual
produk budayanya kepada sivitas akademika Indonesia dalam bentuk koleksi dan
berbagai program kegiatannya,” lanjut Luki.
Temuan menarik lain yang ditemukan Luki adalah bahwa
dalam tata kelolanya, Amcor
menerapkan konsep informasi commons yakni sebagai media untuk berkomunikasi dan
berkolaborasi antar sivitas akademika. Strategi ini mampu mengubah lingkungan
perpustakaan menjadi tempat baru untuk mendukung perubahan perilaku dan pola
belajar net generation sebagai bagian komunitas pendidikan tinggi. “Amcor menjadi ruang di dalam
perpustakaan yang tidak memikan pemustakanya dengan peraturan konvensional
perpustakaan, namun menyediakan akses dan fasilitas yang diperlukan pemustaka
dan tetap mengedukasi.” tutupnya. (ags)