KUNTOWIJOYO, ILMU SOSIAL PROFETIK DAN ASKETISME INTELEKTUAL
Tujuan
Mengurai dan meneladani Kuntowijoyo dalam dunia yang “berbeda” dengan
dunia yang dihadapi Kuntowijoyo, sehingga menjadi teladan pada cendekiawan
yang lahir dan besar setelah Kuntowijoyo meninggalkan kita untuk selamanya,
kecuali
karya-karyanya yang masih bisa kita nikmati.
Sejarah sosial dan politik nyaris tidak bisa dibedakan. Dia menyatu dalam
satu kerangka persoalan sosial. Sejarah sosial berbicara soal masa lalu dan
politik
berbicara soal masa kini. Keduanya membahas soal masyarakat dalam lingkup yang
luas dan lebih sempit. Tetapi keduanya sama-sama berbicara soal dinamika, perilaku
dan kecenderungan-kecenderungan masyarakat.
Kuntowijoyo adalah ilmuwan sejarah, murid Sartono Kartodirjo, sejarawan kawakan
dan empu sejarah Indonesia. Kuntowijoyo dalam banyak hal terilhami bahkan sama
dengan gurunya itu. Sederhana, detail, tekun, dan tidak gampang tergoda dengan
hal ikhwal material. Kuntowijoyo akhirnya tidak kaya material tetapi kaya “penghargaan” intelektual.
Sama persis dengan gurunya, Sartono Kartodirjo.
Kepiawian Kuntowojoyo dalam bidang sejarah sosial tak diragukan. Setelah selesai
Doktor di Columbia University tahun 1980, langsung menggebrak dan mengabdi
di almamaternya dengan pendekatan dan karya baru tentang sejarah sosial yang
ditekuninya
di Columbia University tersebut. Buku Metodologi Sejarah adalah karya nyata
Kuntowijoyo dalam bidang sejarah yang ditekuni. Tentu saja karya disertasinya,
Sosial Change
in an Agrarian Society : Madura 1850-1950. Sejarah dan Dinamika Umat Islam
Indonesia, Budaya dan Masyarakat, dan Paradigma Islam : Interpretasi untuk
Aksi merupakan
karya penting Kuntowijoyo.
Dalam banyak hal akademik Kuntowijoyo telah “meninggalkan jejak” yang
sangat penting dan tentu bermanfaat. Tidak diragukan tentang komitmenya dalam
bidang akademik. Sesuatu yang sekarang agak kurang kita dapatkan adalah sikapnya
yang sederhana dalam hal material tetapi tinggi komitmennya dalam bidang akademik.
Tentu ada banyak perbedaan yang dihadapi oleh Kuntowijoyo dengan intelektual
sepeninggal Kuntowijoyo. Banyak tantangan yang dihadapi Kuntowijoyo berbeda
dengan intelektual lainnya.
Hal yang tidak bisa dipandang remeh adalah sumbangan Kuntowijoyo dalam hal
pengembangan ilmu sosial, yakni dinamakan Ilmu Sosial Profetik (ISP) yang menurutnya
derivasi
dari pemahaman (internalisasi) Keislaman Kuntowijoyo dengan Kitab Suci Al-quran.
Sebagai seorang ilmuwan sosial (sejarah) Kuntowijoyo tidak alergi terhadap
ilmu sosial barat, tetapi tetap memakainya dengan menambahkan dan kritis apa
yang
dipakainya. Inilah posisi Kuntowijoyo yang sebenarnya sangat tinggi.
ISP beranjak dari tradisi Ilmu Teologi Pembebasan di Amerika Latin yang banyak
tertindas sehingga ingin keluar dari ketertindasan yang dialaminya sehingga
menjadi terbuka dan merdeka. Kuntowijoyo membawanya dalam tradisi ilmu sosial
profetik
untuk Indonesia. Indonesia menjadi penting dengan kondisi yang masih under
development dan banyak yang tertindas.
Kuntowijoyo adalah eksemplar yang bisa menjadi tauladan intelektual sekarang
di dunia perguruan tinggi yang banyak “tawaran” dan tantangan,
material bergelimang di depan hidung. Kesederhanaan Kuntowijoyo tidak berbanding
lurus
dengan karya yang dibuatnya. Sederhana tetapi tetap berkarya dengan hebat penuh
semangat. Kuntowijoyo intelektual, budayawan, cendekiawan muslim dan sastrawan
kenamaan.
Pembicara :
Prof. Drs. Purwo Santoso, MA.,Ph.D. (ISIPOL UGM)
Prof. Dr. Bambang Purwanto, MA. (FIB UGM)
Waktu : Kamis, 23 Juni 2011,
Pukul : 09.30 – 12.000
Tempat : Gedung Sekolah Pascasarjana UGM Lt 5
Peserta : Peserta Great Thinkers adalah mahasiswa strata satu, mahasiswa strata
dua dan tiga, dosen, wartawan serta masyarakat umum yang tertarik.